TEMPO.CO, Jakarta -Dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, mendesak Presiden Joko Widodo meminta penjelasan kepada pemerintah Arab Saudi terkait dengan tragedi Mina yang memakan korban jiwa jemaah haji Indonesia. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, permintaan penjelasan itu perlu ditulis dalam sebuah nota protes.
“Tidak boleh menundukkan kepala atau cium tangan, nanti malah semakin diinjak,” kata dia, Senin 28 September 2015.
Said mengatakan Jokowi seharusnya bisa mencontoh Presiden RI ke-2, Soeharto, dalam menyikapi tragedi terowongan Al-Mu’aisim di Mina pada 1990, yang menewaskan 1.426 anggota jemaah haji—sebanyak 649 di antaranya asal Indonesia. Saat itu Soeharto tak segan melayangkan nota protes kepada Raja Fahd bin Abdul Aziz. “Dulu, ketika tragedi terowongan Mina, Pak Harto protes keras. Itu didengar oleh kerajaan,” ujar Said.
Baca juga:
Kenapa DPRD Minta Gaji Ahok Naik: Supaya Gaji Dewan Naik
Ahok: Jangan Gaji Naik Nilepnya Masih Jalan
Menurut Said, agak sulit bagi pemerintah Indonesia untuk mengharapkan petugas Saudi bersikap terbuka dan membuka akses dalam pencarian anggota jemaah yang masih hilang. “Pemerintah Arab Saudi kan kerajaan, ya memang akan selalu tertutup,” kata dia.
Selanjutnya, antara takdir Allah dan penjelasan kenapa tragedi Mina terjadi...